Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Juli 2011

Menkeu: Pendaftaran STAN 2011 Tetap Ada

Martin Bagya Kertiyasa-Margaret Puspitarini
Kamis, 23 Juni 2011 19:01 wib
 355  22131
Menkeu Agus Martowardojo (okezone)
Menkeu Agus Martowardojo (okezone)
JAKARTA – Perasaan khawatir dan cemas para calon mahasiswa terhadap pendaftaran penerimaan mahasiswa baru periode 2011/2012 di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) akan lebih lega.

Pasalnya, Menteri Keuangan, Agus Martowardojo menyatakan STAN tetap melakukan penerimaan mahasiswa baru. “Pendaftaran program D-1 di STAN sudah berjalan, tapi untuk program D-3 masih direview,” kata Agus di kantornya, Kamis (23/6/2011).

Menurut Agus, program D-3 memang belum ada kepastian, karena sampai saat ini masih terjadi penyelarasan kebijakan terkait pegawai. “Hal ini termasuk penerimaan pegawai baru dan sudah masuk taraf final,” ujar Agus menerangkan.

Agus juga menyangkal wacana bahwa kesimpangsiuran pembukaan pendaftaran jenjang D-3 STAN terkait beban anggaran pegawai yang masuk alokasi APBN.  Menurutnya, hal tersebut bukan semata-mata untuk menekan biaya pegawai tetapi menyangkut peningkatan produktivitas karyawan.

“Jika pekerjaan yang sama dapat diselesaikan dengan jumlah pegawai yang lebih sedikit tentunya akan meningkatkan produktivitas karyawan,” kata Agus menandaskan.

Hingga saat ini, situs resmi STAN memang belum menyiarkan pengumuman resmi tentang jadwal pendaftaran masuk STAN 2011/2012. Pihak kampus menyatakan, tidak bertanggungjawab jika ada pengumuman penerimaan mahasiswa baru yang mengatasnamakan sekolah akuntansi yang terletak di kawasan Bintaro tersebut.(rfa)

150 Ribu Siswa Cerdas Gagal SNMPTN!

Margaret Puspitarini
Selasa, 28 Juni 2011 11:13 wib
 80  11032
ilustrasi.
ilustrasi.
JAKARTA - Sebanyak 150 ribu peserta SNMPTN dengan nilai tinggi tidak berhasil menembus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SNMPTN).
Hal ini mengundang keprihatinan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Djoko Santoso yang disampaikan pada konferensi pers terkait hasil SNMPTN 2011, Selasa (28/6) di Gedung D lantai 3 Kementerian 
Pendidikan Nasional (Kemendiknas).
"Sayang sekali siswa yang pintar ini tidak berlaku cerdas dalam memilih program studi sehingga mereka tidak dapat menempati bangku perguruan tinggi negeri (PTN)," kata Djoko.
Djoko menyebutkan, hal tersebut berhubungan erat dengan ketidakseimbangan pemilihan program studi tertentu dengan adanya persepsi yang berkembang di masyarakat mengenai sebuah jurusan yang dikatakan favorit.
"Adanya persepsi mengenai program studi favorit atau populer dan jurusan yang kurang diminati malah mengakibatan siswa memilih jurusan yang sama. Padahal dengan nilai SNMPTN yang cukup tinggi seharusnya mereka bisa meraih kursi di PTN," kata Djoko.
Ketua Pelaksana SNMPTN 2011, Herry Suhardiyanto menjelaskan, para peserta SNMPTN dengan nilai tinggi tersebut masih berkesempatan mengenyam pendidikan di PTN melalui jalur lain, yakni Ujian Mandiri.
"Para peserta yang belum lolos SNMPTN masih bisa mengikuti jalur mandiri yang diselenggarakan oleh masing-masing PTN," kata Herry.
Pengumuman hasil seleksi SNMPTN 2011dapat diakses mulai Rabu 29 Juni pukul 19.00 WIB melalui situs www.snmptn.ac.id dan sejumlah situs PTN, dan di okezone.com. Sementara untuk media cetak, dapat dilihat pada terbitan Kamis 30 Juni mendatang.

118.000 Peserta Lolos SNMPTN

Margaret Puspitarini
Selasa, 28 Juni 2011 12:09 wib
 150  6580
Ilustrasi: ist.
Ilustrasi: ist.
JAKARTA - Dari total 540.953 peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), 118.233 di antaranya berhasil menempati kursi di sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) di berbagai wilayah Nusantara.

Kondisi ini menyisakan 808 bangku kosong di PTN dengan daya tampung yang disediakan sekira 119.041 pada 60 PTN peserta SNMPTN 2011. Jumlah bangku kosong tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai 4.000 kursi.

"Terjadi ketidakseimbangan program studi, sehingga menyisakan sejumlah bangku kosong," kata Dirjen Dikti Kemendiknas Djoko Santoso, pada jumpa pers di Gedung D Kemendiknas, Jakarta, Selasa (28/6/2011).

Djoko menambahkan, di antara penyebab bangku kosong tersebut adalah banyak lulusan SMA dan sederajat memilih program studi tertentu karena adanya persepsi jurusan yang dikenal populer.

"Mereka memilih sejumlah jurusan yang dikatakan populer di kalangan masyarakat," Djoko mengimbuhkan.

Dalam konferensi pers tersebut, Djoko ditemani oleh Ketua Pelaksana SNMPTN 2011, Herry Suhardiyanto; Bendahara Panitia SNMPTN yang juga Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rohmat Wahab; dan Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTN) sekaligus Rektor Universitas Andalas (Unand), Musliar Kasim.

Pengumuman hasil ujian tulis SNMPTN 2011 dapat diakses mulai Rabu 29 Juni pukul 19.00 WIB melalui situs www.snmptn.ac.id, sejumlah situs PTN, dan di  okezone.com. Sementara untuk media cetak, dapat dilihat pada terbitan Kamis, 30 Juni mendatang.(rfa)

Melanggar Peraturan untuk Meraih Mimpi

Hanna Meinita
Rabu, 13 Juli 2011 08:10 wib
 2  40
Image : Standard Media
Image : Standard Media
KENYA – Melanggar peraturan untuk hal negatif biasa terjadi. Bagaimana jika melanggar peraturan karena prestasi? Hal ini terjadi pada remaja usia 19 tahun asal Kenya, Charles Kiarie.

Kiarie melanggar peraturan yang berlaku selama 24 tahun di perusahaan tempatnya bekerja. Dia berhasil menjadi kepala bagian keuangan perusahaan real estate dan manajemen properti di Kenya, Suburbia Limited, meski tidak pernah mengenyam pendidikan sarjana.

Kisah Kiarie bermula setelah dia lulus SMA. Saat itu, dia melamar ke beberapa perusahaan dan terpaksa harus menunda keinginan kuliah karena tidak punya uang. Kiarie pun memulai kariernya pada Mei 2010 dengan bekerja sebagai juru ketik di Suburbia.

Saat melamar, Kiarie hanya bermodalkan ijazah SMA dan sertifikat komputer. “Setelah tiga bulan saya dipindahkan ke bagian keuangan. Tiga bulan kemudian saya dipromosikan untuk menjadi kepala bagian,” jelasnya seperti dikutip dari Standard Media, Rabu (13/7/2011).

Lantas, bagaimana caranya Kiarie bisa mendulang prestasi di usia muda? "Kerja keras, kerja keras, kerja keras," tegasnya.

Kiarie lahir dari keluarga tidak mapan. Dia dan dua saudara kandungnya dibesarkan oleh sang ibu di Njoro, Nakuru. “Masa kecil kami sulit lantaran pekerjaan ibu sebagai juru ketik di Institut Penelitian Pertanian Kenya tidak cukup untuk memberi makan dan menyekolahkan kami," ujar Kiarie mengenang masa kecilnya.

Meski sulit, sang ibu mendorong anak-anaknya agar rajin belajar di sekolah. Dan ternyata tiga anaknya tidak mengecewakan jerih payah sang ibu.

Kini jalan Kiarie untuk meniti cita-citanya mulai terbuka. Dia akan kuliah pada akhir tahun. Sebenarnya, cita-cita Kiarie adalah kuliah di Fakultas Kedokteran. Namun, dia tidak lolos saat tes universitas. Meski tidak lulus ujian, mimpi Kiarie tidak ‘mati’. Dia memilih kuliah di Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Universitas Pwani.

"Setelah itu, saya berharap mengambil gelar master di bidang Kedokteran, yang merupakan cinta pertama saya," ujar Kiarie mengenai rancangan masa depannya.

Impian besarnya dalam 15 tahun adalah memiliki rumah sakit pertama yang bebas biaya di Kenya. Ketika ditanya apakah mimpinya tidak terlalu muluk, ini jawaban Kiarie. "Jangan pernah menyerah," katanya tanpa ragu. "Ini adalah kutipan dari orang yang menginspirasi saya, Winston Churchill," katanya.

Berbicara tentang inspirasi, Kiarie juga seorang motivator. Dia kerap mengunjungi banyak sekolah menyarankan para siswa agar berpikir besar dan menghindari perilaku anti-sosial.

Saat SMA, Kiarie merupakan Dewan Eksekutif Konselor Siswa. Di sanalah dia menyadari memiliki bakat dan gairah dalam konseling. “Saat di sekolah menengah atas saya menyadari bahwa pemuda diidentifikasi dan terinspirasi oleh teman mereka sendiri," pungkasnya.(rhs)

Sumbangan PTN Harus Selalu Diawasi

Riani Dwi Lestari
Selasa, 12 Juli 2011 18:37 wib
 4  130
Ilustrasi : Corbis
Ilustrasi : Corbis
JAKARTA - Gelombang kekhawatiran akan besarnya sumbangan kepada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang menerpa para orangtua mahasiswa, diperkirakan akan mereda tahun depan, lantaran akan diberlakukannya sistem standardisasi tarikan sumbangan PTN.

Sistem standardisasi yang direncanakan oleh Dinas Pendidikan Tinggi (Dikti) ini dimaksudkan untuk meringankan beban biaya kuliah yang acap kali dikeluhkan orangtua mahasiswa.

Drijen (Direktorat Jenderal) Dikti, Djoko Santoso mengatakan, tarikan sumbangan yang berlaku saat ini sangat memberatkan orangtua, sebab pihak kampus terkesan memaksa. “Pada intinya, sumbangan itu harus ikhlas,” tambahnya pada wartawan di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Selasa (12/7/2011).

Sesuai yang disimulasikan, besaran sumbangan yang dipungut tidak boleh dua kali lipat dari jumlah pendapatan orangtua dengan gaji di bawah Rp10 juta. “Jika di atas Rp10 juta, maka akan disesuaikan secara proporsional,” terangnya.

Menanggapi rencana ini, pengamat pendidikan, Dharmaningtyas mengungkapkan, rencana standardisasi sumbangan untuk PTN ini merupakan niat baik dari pemerintah yang patut diapresiasi.

 “Asalkan pelaksanaannya selalu diawasi, saya rasa sistem tersebut cukup membantu meringankan biaya kuliah,” ujarnya saat dihubungi okezone, Selasa (12/7/2011).

Menurutnya, besaran sumbangan yang distandardisasi hanya berlaku untuk mahasiswa yang masuk PTN melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sementara, mahasiswa yang masuk PTN melalui ujian mandiri tetap membayar sumbangan sesuai dengan otonomi PTN itu sendiri.

“Tetapi dilihat dulu, jika mahasiswa yang lulus ujian mandiri memang kurang mampu, harus ditetapkan batas kewajaran dalam penarikan sumbangan,” tegasnya.

Batas kewajaran atas sumbangan yang dipungut, menurut Dharmaningtyas, maksimal sebesar Rp5 juta. Dengan begitu, lanjutnya, pendidikan tinggi bisa tetap dijangkau untuk kalangan kurang mampu.
(rhs)

Biaya Kuliah Akan Diturunkan

Selasa, 12 Juli 2011 19:39 wib
 13  512
Ilustrasi : ist.
Ilustrasi : ist.
JAKARTA – Karena Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tidak mampu menggratiskan biaya di perguruan tinggi negeri (PTN) maka biaya dari masyarakat diperkuliahan akan dibatasi.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendiknas, Djoko Santoso mengatakan, selama ini memang masyarakat mengeluhkan biaya masuk kuliah yang kelewat mahal walaupun sudah menempuh Seleksi Nasional Masuk Peguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Akan tetapi Kemendiknas sendiri tidak dapat menggratiskan biaya tersebut.

Jalan tengahnya, pembiayaan dari masyarakat tetap harus ada, namun terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat terutama kelas menengah dan bawah.

Skema biaya baru yang dibuat Kemendiknas ialah komposisi anggaran dari (Penerimaan Negara Bukan Pajak) atau dana yang berasal dari orang tua mahasiswa akan diturunkan menjadi 20 persen.

Katanya, saat ini anggaran PNBP mencapai 37,20 persen. Kalau PNBP dikurangi maka, dana mengikat seperti gaji akan dinaikkan menjadi 48 persen dari saat ini 25,62 persen. Sementara yang tidak mengikat, seperti dana pembangunan, turun dari 37,18 persen menjadi 32 persen.  "Kita sudah ketahui cara menghitungnya, sehingga bisa dilakukan berbagai perubahan jika diperlukan," katanya.

Djoko menyebutkan, saat ini kebutuhan anggaran di 83 perguruan tinggi negeri termasuk Universitas Terbuka (UT) setiap tahunnya mencapai Rp38,86 triliun. Sebanyak Rp30,9 triliun dari anggaran ini dibebankan kepada pemerintah, sedangkan sisanya Rp7,9 triliun atau maksimal 30 persen dari biaya operasional ditanggung oleh masyarakat.

Djoko juga mengakui, Kemendiknas belum dapat menetapkan batas atas dari biaya SPP itu. Akan tetapi kedepannya akan dibuat perhitungan yang sempurna agar calon mahasiswa tidak terbebani dengan biaya yang mahal.

"Itu memang harus dikendalikan, tetapi yang penting kalau sudah ditetapkan ada usaha memperbesar biaya untuk mereka yang ekonominya lemah. Itu yang harus terus kita kampanyekan, tetapi yang menyumbang jangan dilarang. Akan digunakan untuk memberikan bantuan kepada ekonomi lemah," ungkapnya.

Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Akhmaloka, tidak keberatan jika dana PNBP dari masyarakat dikurangi. Pasalnya hal tersebut akan berlaku positif dari dana bantuan pemerintah yang dinaikkan. Dampak dari pengurangan itu juga dana PNBP kerjasama riset, pengabdian masyarakat dan konsultasi juga ikut meningkat. “Intinya kan tidak membebani masyarakat maka pemerintah akan membantu kami untuk menambah dana dari kerjasama industry dan subsidi,” katanya kepada harian SI.

Akhmaloka pun mengakui pengurangan itu berlaku sejak dulu dimana di UU Sisdiknas juga menetapkan bahwa penerimaan perguruan tinggi harus dimaksimalkan dari segi kerjasama riset dan bukan pungutan dari masyarakat.

Mendiknas Mohammad Nuh, ujar Akhmaloka, dalam berbagai kesempatan juga menyatakan akan menambah insentif bagi perguruan tinggi yang mengembangkan kerjasama riset dan penelitian pada 2012 nanti. “Kami pun sudah memangkas biaya dari masyarakat seperti dihapusnya jalur mandiri. Sementara untuk riset kami banyak kerjasama dengan perusahaan minyak,” ungkapnya. (neneng zubaidah)

Minggu, 03 Juli 2011

ini foto asistensi kelompok ka linda... :)

kumpulan fotoQ di prasetya mulya

ini fotoQ bareng kelompokQ yg ikut acara diklat LES tgl 26 juni 2011, kita disuruh jualan, dan kami sepakat u/ jualan di sekitar BTM, walau keuntungan hanya 1500,he..he.. :) tpi seruuu... kami gruop tecepat sampai di kampus..
 dan inilah foto kami keseluruhan anak UTM yang ikutan kunjungan usaha ke Prasetya Mulya tgl 28 juni 2011, seruuu.. :)